![]() |
| Sumber gambar www.google.com |
Awal mula perpecahan
Semua berawal
ketika khalifah Utsman ra. Dibunuh oleh sekelompok orang yang datang kepadanya
dengan penuh kemarahan. Kematian yang secara mendakak itu menjadikan kekhalifaan
mengalami kekosongan kekuaasaan (The Vakum of Power). Merupakan sepupu nabi
yang juga menjadi menantu karena mempersunting anak nabi, Fatimah, ialah Ali
bin Abi Thalib yang ikut memperebutkan kedudukan khalifah dengan Muawiyah dari
Bani Umayyah , Gubernur Syiria yang juga kerabat dekat Utsman.
Pihak
Ali merasa berhak dengan kursi kekhalifaan dikarenakan pada diri Ali melekat
hak “Ilahiah” yaitu kedudukannya sebagai sepupu nabi dan ditambah dia merupakan
istri dari Fatimah yang merupakan anak nabi. Inilah yang menandai terjadinya
jurang pemisah antara “sunni” dan “syiah”. Pada kelompok sunni, mereka
berpandangan bahwa jabatan khalifah merupakan jabatan yang mewakili nabi dalam
persoalan politik dan administrasi. Sedang, pada kelompok syiah menyatakan
bahwa khalifah merupakan orang yang menjadi representative dari nabi yang
meliputi seluruh hak nabi, juga termasuk hak spiritual nabi.
Perebutan
kekuasaan ini menjadikan kelompok syiah dan sunni saling menyerang satu sama
lain, maka terjadilah perang yang cukup lama diantara mereka. Pada bagian
peperangan ini, kelompok sunni mengajukan untuk melakukan gencatan senjata yang
akhirnya diterima oleh kaum syi’ah. Pada gencatan senjata tersebu mereka
membuat kesepakatan bahwa pemilihan khalifah dikembalikan kepada keputusan
sesepuh Islam. Kaum sunni akhirnya mampu mengkonsolidasikan kekuatannya dan
membuat para sesepuh menjatuhkan pilihan kursi kekhalifaan kepada kaum sunni.
Awal Mula kehancuran Dinasti Umayyah dan Lahirnya Dinasti Abbasiyah
Setelah
para sepuh menjatuhkan pilihan, maka pada saat itulah muncul kekhalifaan
Muawiyah yang menjadikan kursi kekhalifaan sebagai tradisi turun menurun
keluarga. Inilah awal mula Dinasti Umayyah yang menjadikan damaskus sebagai ibu kota pusat pemerintahanya. Dinasti yang bertahan seratus tahun lamanya dengan empat
belas orang khalifah. Dibawah kekhalifaan Umayyah ini umat muslim terus
melebarkan sayapnya untuk menyebarkan Islam dengan dukungan militer yang kuat.
Namun
kekhalifaan terus mendapat perlawanan dari pihak syi’ah yang menghasut dan
memulai pemberontakan, pembenrotakanpu mulai muncul diberbagai daerah Mekkah dan Madinah serta kerusuhan di
Basra dan tempat lainnya terus menghantui dinasti Umayyah. Puncaknya terjadi
ketika orang-orang Persia sudah mencapai titik jenuhnya terhadap dinasti Umayyah
yang memperlakukan orang-orang Persia seperti budak mereka. Kelompok Persia kemudian
bergabung dengan kaum Abbasiyah untuk melakukan pemberontakan. Dinasti Umayyah
yang kala itu dipimpin oleh seorang khalifah bernama Marwan II telah
mendapatkan perlawanan sengit diperang Mosul. Yang pada akhirnya Marwan II
melarikan diri ke Mesir namun dia tertangkap disana dan dibunuh.
Setalah
menunggu waktu yang lama, akhirnya Abbasiyah menjadi sebuah Dinasti yang Berjaya
selama lima ratus tahun lamanya dengan tiga puluh tujuh khalifah yang secara
bergiliran menapaki takhtanya. Corak dinasti dari Umayyah sangatlah berbeda
jika dibandingkan dengan Abbasiyah. Pada saat kekhalifaan Umayyah, hanya
orang-orang arab yang berketurunan murnilah yang mampu mengisi lingkar
kekuasaan. Namun pada dinasti Abbasiyah mereka yang berketurunan Persia dan
bangsa lainnya juga bisa mendapatkan jabatan tinggi di pemerintahan. Perkembangan
islam pada rentan waktu dinasti Abbasiyah juga mencapai puncak keemasannya. Tatkala
ilmu pengetaahuan mampu disebarluaskan dan menjadi konsumsi seluruh masyarakat
yang ditandai dengan beridirinya Baitul Hikmah (Perpustakaan Besar Milik Umat
Islam). Inilah zaman keemasan Islam yang begitu tersohor dari banyak literature
dan bukti peninggalan sejarah. Pada sisi lain, zaman keemasan Islam menjadi
momok yang menakutkan bagi dunia barat yang pada saat itu masih dalam jaman
kegelapan.


23.05
ASY SYARIF
