™[]**To See The Complete Entry Is Click Post Title**[]™
™[]**To See The Complete Entry Is Click Post Title**[]™

Sabtu, 05 Januari 2019

Demokrasi Kampus : tumbuhnya budaya sentimen

Sumber gambar google.com

Kampus merupakan ruang ilmiah, tempat dipertemukannya gagasan pembaharuan, segala bentuk gagsan akan dikaji dan dirampungkan ditempat ini, terkadang sebelum bertemunya suatu gagasan terlebih dahulu akan diwarnai dengan beragam interpretasi yang kemudian menghadirkan ruang diskusi yang berdasar kepada landasan teoritis. diskusi yang mempertemukan suatu gagasan merupakan cerminan hidupnya budaya demokrasi dilingkup kampus. budaya demokrasi dilingkup kampus hanya akan hidup jika mahasiswa yang ada di kampus itu terbebas dari segala bentuk tukar tambah kepentingan yang biasanya kita kenal dengan politik praktis. dalam ruang ilmiah yang diperdebatkan merupakan hal substansial yang orientasinya adalah gagasan pembaharuan dan akan naif rasanya jikalau perdebatan hanya menumbuhkan sentimen , kebebasan berekspresi dalam ruang ilmiah merupakan pintu gerbang menuju budaya demokrasi tersebut.

kita sungguh mengetahui bahwa kampus ialah miniatur negara, dianalogikan sebagai miniatur negara karena dalam kampus kita akan menjumpai segala bentuk argumentasi dan interpretasi yang saling beredar dilingkup mahasiswa dan kampus mempunyai tatanan birokrasi dan juga elemen layaknya negara seperti eksekutif, legislatif dan bahkkan yudikatif. dan yang terpenting budaya demokrasi adalah kunci utama kampus bisa dikatakan sebagai miniatur negara. demokrasi dalam lingkup kampus juga menghasilkan problematika, seperti halnya kritik yang dilontarkan oleh seorang mahasiswa terkait berbagai kebijakan yang telah diterapkan oleh pemegang mandat. dan mahasiswa yang mengisi pos-pos jabatan dalam organisasi harus siap menerima segala bentuk kritikan yang bertujuan untuk menguraikan inti dari persoalan. kita harus terbiasa bahkan harus akrab dengan kritik, karena kritikan ialah bentuk jalannya akal pikiran dan juga menjauhkan kita dari sifat feodal. kritikan harus dimaknai sebagai sebuah upaya yang akan menghadirkan perbaikan.

disorientasi demokrasi jika kritikan dicap sebagai sebuah sentimen terhadap birokrasi, inilah salah satu penyebab munculnya kegaduhan yang tidak otentik. tumbuhnya budaya sentimen harus diperangi dengan argumentasi dan interpretasi juga penyadaran bahwa segala dinamika yang tengah dihadapi haruslah disikapi sebagi sebuah lahan introspeksi diri. sentimen ialah pelibatan perasaan yang berlebih akibatnya akal sehat yang harusnya dirawat perlahan-lahan akan menimbulkan kebencian dan menghasilkan permusuhan. padahal dalam budaya demokrasi kampus tidak ada kritikan yang disebut sebagai musuh kampus, musuh kampus bukan akal pikiran, musuh kampus ialah sentimen yang terus dipelihara.

untuk mereduksi budaya sentimen, mahasiswa memerlukan diskusi yang menguraikan persoalan dengan menggunakan akal pikiran dan gagasan yang dibawa ke ruang diskusi haruslah gagasan yang siap menerima kritikan. artinya segala bentuk pikiran haruslah dilawan dengan pikiran juga dan inilah jalan untuk merawat demokrasi kampus lewat berbagai macam pikiran dan hasilnya ialah pembaharuan pada tatanan birokrasi. sehingga demokrasi menjadi dewasa dengan memelihara beragam pikiran. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management