Apa yang kita peringati setiap tanggal 17 agustus ? mungkin semua punya jawaban masing-masing seperti merayakan hari jadian dengan kekasihnya atau hari perpisahan dengan kekasihnya. tapi, bagaimana jika pertanyaannya begini. "Apa yang Bangsa ini peringati setiap tanggal 17 agustus?" jawabannya hanya satu Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia. Sang Proklamator pada tanggal 17 agustus 1945 bertempat di Jl. Pegangsaan timur no. 56 membacakan teks proklamasi yang menandakan bahwa bangsa yang sudah berabad-abad terjajah oleh bangsa lain ini sudah memberanikan keluar dari tekanan bangsa lain untuk kemudian secara mandiri membangun sebuah negara.
Dan setalah 71 tahun kemerdekaan, negara ini telah di pimpin oleh 7 kepala negara yang masing-masing memiliki kapabilitas yang sangat mumpuni. tapi apalah hakikat kemerdekaan negara ini jika hanya segelintir golongan yang dapat merasakannya? sebut saja mereka yang terus menggorogoti kekayaan negeri ini, seperti halnya tambang yang berada di wilayah papua, freeport. salah satu tambang terbesar di dunia yang dimiliki oleh Amerika bahkan tambang ini di gadang-gadang sebagai pemasok 70% kekayaan Amerika. dan jika kita melihat pada data yang valid freeport hanya memberikan pemasukan 10% dari total pendapatannya ke negara ini. angka yang cukup kecil di bandingkan jumlah kekayaan yang terdapat di tanah tersebut. mari kita lihat kondisi sosial masyarakat sekitaran tambang, yang saya maksud adalah masyarakat asli di papua tersebut. lihat masyarakatnya, masyarakat yang keterbelakang jauh dari kata merdeka. masyarakat yang menjadi korban dari kebiadaban pemerintah yang mengaku ingin mensejahterakan. berita terbaru yang terkonfirmasi valid adalah perpanjangan ekspor freeport hingga 11 januari 2017, kebijakan tersebut adalah hasil dari rekomendasi bapak mantan menteri ESDM Archandra Tahar, yang hanya menjabat 20 hari tetapi memperpanjang penderitaan masyarakat papua.
teruntuk penguasa negeri ini yang sering menjanjikan apapun itu untuk mengambil hati rakyatnya, hanya ada satu pertanyaan "masihkah kalian nyaman dengan posisi duduk di kursi sembari menerima uang hasil dari ke intelektualan kalian membodohi rakyat yang takut melawanmu?" dan juga untuk pemuda, apakah kita hanya ingin menjadi penikmat kemerdekaan sementara utang-utang negeri ini kian hari kian menggunung?
Asy Syarif
Dan setalah 71 tahun kemerdekaan, negara ini telah di pimpin oleh 7 kepala negara yang masing-masing memiliki kapabilitas yang sangat mumpuni. tapi apalah hakikat kemerdekaan negara ini jika hanya segelintir golongan yang dapat merasakannya? sebut saja mereka yang terus menggorogoti kekayaan negeri ini, seperti halnya tambang yang berada di wilayah papua, freeport. salah satu tambang terbesar di dunia yang dimiliki oleh Amerika bahkan tambang ini di gadang-gadang sebagai pemasok 70% kekayaan Amerika. dan jika kita melihat pada data yang valid freeport hanya memberikan pemasukan 10% dari total pendapatannya ke negara ini. angka yang cukup kecil di bandingkan jumlah kekayaan yang terdapat di tanah tersebut. mari kita lihat kondisi sosial masyarakat sekitaran tambang, yang saya maksud adalah masyarakat asli di papua tersebut. lihat masyarakatnya, masyarakat yang keterbelakang jauh dari kata merdeka. masyarakat yang menjadi korban dari kebiadaban pemerintah yang mengaku ingin mensejahterakan. berita terbaru yang terkonfirmasi valid adalah perpanjangan ekspor freeport hingga 11 januari 2017, kebijakan tersebut adalah hasil dari rekomendasi bapak mantan menteri ESDM Archandra Tahar, yang hanya menjabat 20 hari tetapi memperpanjang penderitaan masyarakat papua.
teruntuk penguasa negeri ini yang sering menjanjikan apapun itu untuk mengambil hati rakyatnya, hanya ada satu pertanyaan "masihkah kalian nyaman dengan posisi duduk di kursi sembari menerima uang hasil dari ke intelektualan kalian membodohi rakyat yang takut melawanmu?" dan juga untuk pemuda, apakah kita hanya ingin menjadi penikmat kemerdekaan sementara utang-utang negeri ini kian hari kian menggunung?
Asy Syarif


16.11
ASY SYARIF

0 komentar:
Posting Komentar