Assalamualaikum dan Selamat Malam pembaca yang haus akan informasi.
Perkenalkan saya adalah pendiri dari blog ini, mungkin teman-teman bisa menebak nama saya tapi tidak dengan hubungan saya dengan beberapa gadis :p. saya Mahasiswa tingakat pertama di salah satu Universitas Swasta Ternama di Bandung dan tepat hari ini saya tidak memiliki jadwal kuliah & tanggal 24 Oktober 2015 adalah moment spesial bagi orang yang telah menempati kedudukan di hati saya sebab doi telah genap berusia 18 tahun, Sebelum berpindah ke inti dari tulisan ini, saya mengajak teman-teman untuk mengucapkan Happy Birthday yang mungkin akan di ucapkan secara lisan maupun dalam hati. Makasih sebelumnya :)
Kabut asap yang telah menyelimuti langit riau saat ini bukanlah sebuah bencana baru akan tetapi sudah terjadi sejak 18 tahun, dan layaknya manusia yang menginjakkan kaki di usia 18 tahun dimana pergaulan dan permsalahan yang begitu banyak membuat mereka sampai jatuh bangun dalam menanggapi serta menyelesaiakan berbagai persoalan yang menimpanya. begitulah dengan kabut asap yang terjadi di Riau, semakin tahun bertambah semakin besar pula masalah kebakaran hutan di kota tersebut. Permasalahan Asap yang semakin pekat ditambah dengan pemerintah daerah yang sudah tidak mampu lagi bekerja dengan maksimal menangani bencana tersebut membuat warga yang bermukim di daerah atau sekitaran daerah tersebut semakin menderita dikarenakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA), Asma serta Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang tak tanggung tanggung memakan korban begitu banyak. Pemerintah daerah atau dalam hal ini ialah Gubernur,Walikota maupun Bupati beserta jajarannya telah melobi ke Pemerintah Pusat agar bencana ini segara berakhir dan nantinya warga disana dapat menghirup udara segar tetapi Presiden yang selaku pemegang kekuasaan Eksekutif tertinggi di Negeri Merdeka ini seakan tutup mata atas bencana tersebut. Bapak Presiden telah mengunjungi tempat kejadian perkara dengan kawalan petugas medis yang telah siap siaga jika bapak terkena salah satu dari 3 ancaman penyakit akibat kabut asap, tapiii bapak presiden...... apalah arti dari kunjungan bapak jika semua solusi yang anda tawarkan hanya berupa wacana yang tidak bisa di implementasikan agar bencana tersebut dapat berakhir(?), sampai kapan kami melihat media media massa yang gencar memberitakan jumlah korban yang berjatuhan akibat ulah oknum yang tidak bertanggung jawab(?), dan pak Presiden kapan lagi kami rakyat Indonesia dapat melihat keceriaan senyuman anak-anak riau yang sebagian harinya dapat di habiskan bermain dengan teman-teman mereka(?) Pak Presiden, kami rindu Melihat bangsa ini yang sejahtera, bukan dengan keadaan sekarang yang sebagian waktunya terbuang dikarenakan sakit yang mereka peroleh, bukan dengan keadaan sekarang dimana tiap rumah mengunci rapat pintu akbiat ketakutan terhadap kepulan asap yang mengancam, Ooh pak presiden... Udara segar adalah Nikmat yang Tuhan berikan secara gratis tapi mengapa hingga saat ini engkau masih tetap berpangku tangan dalam menyelesaikan bencana asap tersebut(?) kemana kah engkau wahai Penguasa Tertinggi Pengambil Kebijakan di Negeri ini(?)
Teman-teman yang sedang membaca artikel ini saya harap anda dapat menerima ketika saya mengkritisi kinerja pemerintahan saat ini, saya sedang menjalankan hak saya sebagai warga negara yang mempunyai kebebasan mengeluarkan pendapat secara lisan maupun tulisan dan itu telah diakui Dunia serta dilindungi oleh Undang-undang. saya tidak sekedar mengkritik pemerintah lewat tulisan ini tetapi saya juga telah turun beraspirasi kejalan menyerukan apa yang seharusnya pemerintah perbaiki, pemerintah evaluasi, pemerintah kerjakan bukan dengan menetapkan keadaan siaga 1 terhadap kota yang menjadi tempat berlangsungnya Piala Presiden, bukan dengan menurunkan Puluhan Ribu personel yang hanya menjaga pertandingan 11 vs 11 orang dalam sebuah stadion yang semestinya tempat berlangsungnya dapat di pindahkan ke stadion lain yang kualitasnya hampir sebanding jika hanya melihat 11 vs 11 orang, tapi apalah daya semua telah terjadi tapi kabut asap tetap tak berakhir. Sekian dari saya dan ini bukan akhir dari hak saya menyerukan keadilan, bukan akhir dari hak saya menyeruakan pembaharuan dan juga bukan akhir dari hak saya menuntut agar pemerintah lebih peduli kepada yang berhak di perhatikan lebih. akhir kata saya tutup artikel ini dengan mengutip syair Wiji Thukul
"Apabila Usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: LAWAN!."


01.13
ASY SYARIF


