™[]**To See The Complete Entry Is Click Post Title**[]™
™[]**To See The Complete Entry Is Click Post Title**[]™

Kamis, 08 November 2018

Sumpah Milenial ''Kami Bangsa yang Besar''

sumber www.instagram.com/mahasiswa.milenials
     90 Tahun yang lalu pemuda-pemudi Indonesia mengikrarkan sumpah yang sangat sakral. sumpah yang membangkitkan kembali semangat pemuda untuk merebut kemerdekaan, sumpah yang mempersatukan pemuda dari seluruh daerah di Indonesia, pemuda yang saat itu mengikrarkan bertanah air satu tanah Indonesia, berbangsa yang satu bangsa Indonesia serta menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia. sumpah yang digelar pada kongres pemuda yang ke-dua di bulan Oktober  tahun 1928 ini diperingati setiap tahunnya sebagai hari perayaan sumpah pemuda.

     90 tahun telah berlalu pembacaan sumpah pemuda, hasil dari sumpah tersebut sudah kita rasakan, negara kita terbentang dari Sabang sampai Marauke dari Miangas sampai Pulau Rote, Bahasa nasional kitapun sudah Bahasa Indonesia. artinya secara tekstual sumpah pemuda sudah kita terapkan. namun, bangsa kita sedang menghadapi banyak tantangan, baik tantangan dari dalam bangsa sendiri juga tantangan dari luar bangsa kita.

     Indonesia merupakan negara yang besar, kebesarannya terbukti dari luas wilayahnya, banyak sumber daya alamnya, beragam suku dan bahasa hingga sumber daya manusianya yang begitu melimpah. Indonesia adalah negara dengan total 17.504 pulau, dengan 1211 ragam bahasa, juga 1304 ragam suku bangsa dan juga terdapat 265 juta penduduk. dengan kebesarannya itu Indonesia mampu menjadi Bangsa yang besar dari segi Ekonomi, Militer juga Teknologi. bahkan dapat sejajar dengan Negara seperti Amerika, Cina maupun Jepang. ke-tiga negara tersebut merupakan negara yang sedang memainkan percaturan ekonomi, militer dan juga teknologi.

     Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa ini tengah berjibaku untuk memenangkan bonus demografi yang dimana bonus demografi ialah populasi penduduk usia produktifnya lebih banyak dibanding usia non-produktif. penduduk usia produktif kebanyakan dari generasi muda yang saat ini kita sebut sebagai ''Generasi Milenial''. Peneliti sosial mengelompokkan generasi milenial adalah mereka yang lahir diantara tahun 1980 sampai tahun 2000-an. artinya pada tahun 2018 generasi ini sudah berusia 18 hingga 30 tahun dan dari 265 juta penduduk Indonesia terdapat 81 Juta generasi milenial. Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar jika generasi milenialnya mampu memenangkan bonus demografi. Generasi milenials diharapkan mampu menjawab tantangan yang tengah dihadapi bangsa ini, bertindak sebagai agen of change yang harus terus menghadirkan perbaikan dan pembaharuan dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa.

     Penguasaan terhadap teknologi merupakan jaminan bagi generasi milenial agar dapat survive dalam menghadapi tantangan zaman yang terus berubah setiap waktunya. Generasi milenial mempunyai keyakinan akan masa depan yang lebih baik dan generasi ini mampu produktif disegala aspek kehidupan karena penguasaannya terhadap teknologi. teknologi merupakan aspek yang berperan penting, hampir seluruh keseharian kita menggunakan teknologi. aspek keseharian kita yang melibatkan teknologi seperti perekonomian masyarakat dan politik negara. tak heran jika saat ini kita melihat banyaknya bermunculan startup yang dominan dibuat oleh generasi milenial untuk kemudahan melakukan kegiatan perekonomian seperti jual-beli. dan ini menjadi bukti betapa kreativitas dan inovatifnya kaum milenial dalam membesarkan bangsa ini

pada akhirnya generasi milenial mampu menjadikan bonus demografi ini sebagai berkah bagi Indonesia agar dapat menjadi bangsa yang besar dan sejajar dengan bangsa yang lain.

Kamis, 20 September 2018

kaderisasi mahasiswa : proses panjang mewariskan nilai-nilai kebaikan

google.com

     Seringkali kaderisasi dimaknai sebagai bentuk kegiatan suatu organisasi yang didalamnya mengandung unsur-unsur perpeloncohan, sehingga menjadi momok menakutkan terhadap mahasiswa yang ingin memasuki suatu organisasi. pola kaderisasi yang masih menjadikan ajang balas dendam senior ke junior menurut penulis ialah pola yang tidak relevan dengan tujuan kaderisasi. sudah menjadi pengetahuan umum, bahwasannya kaderisasi dalam tubuh organisasi bertujuan untuk menyiapkan generasi penerus (regenerasi) yang diharapkan mampu lebih baik dari generasi sebelumnya. 

Dalam artian luas, kaderisasi ialah proses mewariskan nilai kebaikan yang telah terjadi dalam organisasi untuk kemudian bisa diterapkan pada generasi penerus bahkan diharapkan pewarisan nilai kebaikan ini memicu generasi penerus untuk bisa mengembangkan nilai kebaikan tersebut. dalam suatu organisasi sudah barang pasti mempunyai pola kaderisasi, umumnya kaderisasi melibatkan dua pihak, pihak pertama ialah pelaku kaderisasi (subjek) dan sasaran kaderisasi (objek).

Pelaku kaderisasi ialah individu dalam sebuah organisasi yang telah mempunyai track record dalam menjalankan organisasi tersebut dan memiliki fungsi untuk mengenalkan dan membina agar terbentuk individu yang dapat menjalankan organisasi sesuai cita-cita organisasi tersebut. adapun sasaran kaderisasi (objek) ialah individu yang dipersiapkan untuk kemudian dikenalkan dan dibina agar dapat melanjutkan keberlangsungan organisasi sesuai dengan cita-cita organisasi.

pemilihan pelaku kaderisasi, biasanya berasal dari seorang yang sudah cukup banyak merasakan asam manis perjuangan organisasi dan telah memiliki track record kepemimpinan. dalam konteks kaderisasi harus memuat edukasi sehingga proses kaderisasi bukan lagi menjadi sarana perpeloncohan. olehnya pelaku kaderisasi ialah seorang pemimpin yang mempunyai tugas untuk mendidik dan mempersiapkan regenerasi kepemimpinan. 
"Bahwa kaderisasi sama artinya menanam bibit, untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam." itulah sepenggal kalimat Bung Hatta yang menjelaskan keharusan kaderisasi dalam organisasi.

proses mengenalkan dan membina sasaran kaderisasi merupakan proses yang bukan dilakukan hanya dalam sehari dua hari, melainkan proses yang continue dan diharuskannya melakukan fungsi kontroling selama proses kaderisasi. setiap organisasi pasti memiliki outputan yang diharapkan dari proses kaderisasi, tapi sudah menjadi pengetahuan umum jikalau kaderisasi bukan hanya ingin mengajarkan individu untuk menjalankan setiap program kerja yang ada tetapi lebih daripada itu kaderisasi haruslah melahirkan pemimpin yang memiliki etos kerja yang tinggi, kemampuan pengubahan sikap untuk menjadi lebih bijak dalam setiap persoalan dan mampu memberi teladan bagi generasi setelahnya.

bobot pada kaderisasi biasanya melatih kita untuk lebih kuat mental, meningkatkan budaya intelektual dan kemampuan untuk manajerial organisasi. dari ketiga bobot tersebut haruslah berkesinambungan dan diajarkan secara jelas oleh pelaku kaderisasi. sehingga cita-cita organisasi bisa diusahakan oleh generasi selanjutnya dan proses regenerasi menjadi wadah yang bisa menjawab tantangan kepemimpinan dimasa yang akan datang

Jumat, 24 Agustus 2018

Leiden is Lijden : Pemuda Harus Berani Mengambil Peran

Leiden is Lijden, memimpin adalah menderita, begitulah kata pepatah kuno Belanda. ungkapan ini melekat pada diri Haji Agus Salim dalam sebuah tulisan, karya Mohamad Roem dengan judul, "Haji Agus Salim, Memimpin adalah Menderita. 

Siapa yang tak kenal Haji Agus Salim (1884), beliau merupakan pejuang kemerdekaan yang begitu mahsyur akan pengetahun dan hidup sederhana yang dijalaninya meskipun pernah menjadi seorang menteri. setelah Indonesia merdeka beliau menjabat sebagai Menteri Muda Luar Negeri Republik Indonesia kabinet Sutan Sjahrir dan Menteri Luar Negeri kabinet Amir Sjarifuddin. Haji Agus Salim merupakan diplomat ulung yang begitu terkenal dengan kemampuan komunikasi yang meliputi sembilan bahasa, terbukti dengan sangat berjasanya beliau dalam penggalangan dukungan negara Arab untuk kemerdekaan Indonesia. kehidupan beliau sangatlah sederhana, tercermin dari keadaan rumah tangga yang pada tahun 1915 beliau harus mulai merasakan pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lain. jika kita melihat pada background pendidikan, beliau merupakan Lulusan terbaik Hogere Burgerschool (HBS) Koning Willem III Batavia dan pernah bekerja sebagai penerjemah ahli konsulat Hindia Belanda di Jeddah, juga mendirikan sebuah Sekolah Dasar. meski dengan background tersebut tetap membuat beliau sangat merasakan kehidupan sederhananya. pengalaman beliau yang ditulis oleh Roem mengambil kesimpulan "jalan pemimpin bukan jalan yang mudah, memimpin adalah jalan yang menderita."

menjadi pemimpin bukan perkara yang mudah, pemimpin bukanlah orang yang mampu leluasa untuk berbuat menurut kesenangan diri saja, meskipun potensi untuk berbuat kesenangan itu ada dan begitu mungkin untuk direalisasikan. pemimpin adalah seorang yang harus dengan ikhlas mengorbankan segala kemampuannya untuk menghadirkan kesejahteraan bagi orang yang dipimpinnya, kepercayaan menjadi modal paling penting untuk memimpin karena bersamaan dengan kepercayaan itu terselip harapan-harapan dari rakyat. disamping kepercayaan yang begitu besar, seorang pemimpin harus mempunyai pola pikir yang jauh lebih visioner untuk menghadapi tantangan yang akan datang. dan siap dengan konsekuensi menderita karena harus mendahulukan kepentingan rakyatnya. kepemimpinan tidak berbicara benefit juga tidak berbicara eksistensi, kepemimpinan hanya berbicara tentang ide dan penerapan keadilan yang harus direalisasikan ketika memimpin. bahkan ada yang mengatakan menjadi pemimpin artinya memberikan kemerdekaan diri untuk kemerdekaan orang yang lain.

zaman yang terus berkembang menghasilkan beragam diskursus, untuk menghadapi dinamika zaman ini diperlukan pemimpin-pemimpin yang memenuhi klasifikasi, beragam spekulasi tentang pemimpin ideal mengarah kepada para pemuda. bonus demografi menjadi salah satu pertimbangan. pemuda yang mengenyam tingkat pendidikan di perguruan tinggi atau universitas terus berupaya menjadikan kampus sebagai tempat beraktualisasi diri, dimulai aktif pada kegiatan akademik, organisasi hingga kegiatan-kegiatan sosial lainnya. bukan hal yang biasa jika pemuda sudah disibukkan dengan kegiatan-kegiatan yang berbau kepemimpinan.

"Muda adalah kekuatan" merupakan tagline yang saat ini sedang ramai diperbincangkan. tagline ini muncul pada reklame-reklame untuk mengisyaratkan pemuda turun tangan dalam menata kehidupan bernegera. disatu sisi, bonus demografi akan sangat menguntungkan jika dikelola dengan begitu baik. menjadikan kekuatan bagi negara ini untuk mampu meningkatkan daya saing dan pergaulan yang terbuka bagi Indonesia dimata dunia. Leiden is Lijden "memimpin adalah menderita" bukan hanya sebagai kutipan tapi inilah yang menjadikan tolak ukur dari konsekuensi kita dalam menjadi seorang pemimpin.

tulisan ini saya dedikasikan untuk mereka yang masih memperhitungkan untung-rugi menjadi seorang pemimpin

Minggu, 05 Agustus 2018

Budaya Patriarki masyarakat pedesaan

Dalam konstruksi sosial, Laki-laki sering di gambarkan sebagai orang yang kuat,  mandiri dan mampu mendominasi dalam peran politik. Dominasi yang dimaksud ialah kepemilikan hak istimewa seorang lelaki terhadap peran yang harusnya tidak dapat dimiliki seorang perempuan, seperti hak istimewa laki-laki dalam partisipasi politik,  kemandirian ekonomi, sosial, hukum dan lain-lain. Dominasi itulah yang menjadikan laki-laki sebagai subjek dalam relasi kekuasaan dan perempuan sebagai objeknya. Hingga banyaknya kasus kekerasan yang terjadi seringkali menempatkan perempuan sebagai korban atas kekerasan tersebut. Kekerasan yang dimaksud bukan hanya pada kekerasan fisik melainkan menyentuk ranah psikis. Bagi kebanyakan orang, kekerasan psikis sangat berdampak pada pola dan tingkah laku seorang wanita kedepannya, karena kekerasan inilah yang menjadikan seorang perempuan menyimpan memori buruk hingga hilangnya rasa kepercayaan diri, dan ketakutan dalam bertindak. 

Rata-rata 710 kasus kekerasan yang terjadi pada wanita per-harinya, itupun merupakan kekerasan yang berani dilaporkan, bagaiaman dengan kasus kekerasan yang tidak menyentuh ranah hukum, Ialah kembali kepad pribadi seorang perempuan untuk kemudian berani melaporkan kejadian yang dialaminya.

Budaya patriarki biasanya tumbuh dan terawat dalam lingkup keluarga yang menjadikannya budaya turun-temurun. Madrasah pertama seorang anak ialah keluarganya (ibunya) sehingga ibu memiliki peran penting dalam mendidik dan membina seuatu generasi.  Jika kita melihat kondisi masyarakat pedesaan, akan sangat mungkin kita temui seorang anak perempuan yang harusnya mendapatkan akses pendidikan yang layak hanya berada dalam rumah untuk membantu pekerjaan dapur,  sementara saudara laki-lakinya yang dianggap sebagai anak yang kuat sehingga mampu untuk mendapatkan hak pendidikan yang layak.

Sehingga penulis berpandangan, budaya patriarki mempunyai kekuatan yang absolut di tingkat pedesaan yang menjadikan sensor kedalian gender ini akan tidak bekerja dalam menegakkan keadilan gender, dan penulis juga mengajak pembaca untuk ikut mensosialisasikan pentingnya keadilan gender ini untuk kehidupan bermasyarakat demi memupus rantai budaya patriarki yang terjaga pada masyarakat pedesaan. 

Oleh: muhammad ridha Pratama

Menurut rene Descartes, memahami filsafat itu harus dari sesuatu yang sederhana dan mendasar agar memudahkan kita dalam memahami objek yang di telaah tersebut , yang Dalam hal ini berbicara tentang manusia.

Ketika memfilsafati manusia itu sendiri, maka muncul lah pertanyaan - pertanyaan yang mendasar. Seperti siapakah sesungguhnya manusia itu? Bagaimana kedudukan manusia dalam semesta alam raya ini? Apakah arti nilai , makna dan esensi hidup manusia itu? Dan menimbulkan berbagai pertanyaan lainnya.

Manusia adalah entitas yang dengan mengasingkan dirinya sendiri, dari dirinya sendiri, menemukan dirinya sendiri, dalam dirinya sendiri.
Berbicara soal manusia , tentu merujuk pada prespektif atau bagamaina cara kita memandang manusia itu sendiri, misalnya menurut beberapa ahli:
1. Animal rasional
2. Animal symbolic, karena manusia mengkomunikasikan dan menafsirkan bahasa menggunakan simbol simbol.
3. Homo feber, dimana manusia adalah makhluk yang melakukan suatu pekerjaan dan dapat menjadi gila dengan pekerjaannya itu.
4. Homo faber, manusia adalah tukang yang menciptakan alat alat dan menggunakannnya
5. Homo sapien, makhluk yang Arif dan memiliki akal budi dan mengungguli makhluk lain
6. Homo ludens, makhluk yang cenderung suka bermain
7. Homo Prudential, makhluk yang menggunakan cara apapun untuk tetap hidup. Dan lain lain
Dengan menggunakan prespektif tersebut, maka kita memiliki sedikit pijakan atau dasar dalam memahami manusia itu sendiri serta dapat menganalisis perilaku manusia dengan perspektif tersebut.

Oleh: muhammad ridha Pratama

Hasbi Halik : Diskriminasi gender dalam kehidupan masyarakat bawah



Gender adalah pembedaan cara pandang sosial masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan. Pembedaan ini kerap kali menimbulkan permasalahan-permasalahan keadilan terhadap gender.  Gender ini berbeda dengan seks atau jenis kelamin,  dimana gender membahas terkait strata atau perilaku sosial sedangkan jenis kelamin membahas hal empiris dari laki-laki dan perempuan.
Permasalahan gender sangat sering dibenturkan dengan permasalahan ekonomi. Dimana keluarga yang dipimpin oleh ayah atau seorang laki-laki yang sedang dalam kondisi ekonomi rendah akan menuntut ibu rumah tangga dalam keluarga tersebut ikut mencari nafkah. Bahkan yang sering terjadi adalah menikahkan anak perempuannya yang bahkan belum selesai menempuh pendidikannya.
Kondisi ibu rumah tangga yang berniat membantu perekonomian keluarganya dengan ikut bekerja mencari nafkah diluar rumah seringkali tidak mendapatkan perlakuan yang adil. Perempuan selalu dianggap memilih derajat yang lebih rendah dibanding laki-laki.  Sehingga upah yang diterima banyak yang tidak sesuai dengan kerja yang dilakukannya,  bahkan jauh lebih rendah.
Begitu juga dengan anak yang dinikahkan dan harus putus sekolah. Kondisi ini tidak akan merubah strata sosial keluarganya, bahkan hanya akan memperpanjang status masyarakat bawah yang telah melekat pada keluarganya. Parahnya lagi ketika perempuan yang menikah dini ini ditakdirkan menjadi seorang ibu, yang juga merupakan madrasah pertama bagi anaknya. kondisinya dengan pendidikan yang tidak memadai akan sulit mengajarkan hal-hal yang bersifat mengembangkan kepada anaknya yang juga merupakan masa depan bangsa.
Ketidak adilan ini yang harus kita sosialisasikan bersama. Bahwa manusia itu diciptakan sama dengan hidup di strata yang sama dalam bermasyarakat,  yang membedakan hanyalah kebutuhan biologis yang sifatnya mutlak pemberian tuhan. Sehingga dalam praktiknya bermasyarakat, tidak ada lagi permasalahan serupa dan keluarga dari kalangan masyarakat ekonominya berkekurangan tapi tetap mau berjuang dapat meningkatkan kualitas hidupnya dan tidak ada lagi kata diskriminasi gender dalam bermasyarakat.

Minggu, 08 Juli 2018

Mahasiswa : Gelar Intelektual sang Pahlawan Masa Depan

pict form liputan6.com
Tumbangnya Rezim Otoriter
Sejarah secara ekspilisit menerangkan, peran mahasiswa sangatlah menentukan arah bangsa ini, mahasiswa yang memiliki berbagai peran dalam lingkungannya akan menggambarkan kontribusi terhadap bangsanya, seperti kata Ben Anderson "Sejarah Indonesia adalah sejarah pemuda". pada masa pemerintahan orde lama mahasiswa yang mulai jenuh terhadap kondisi ekonomi dan politik negara saat itu merumuskan Tritura (tiga tuntutan rakyar) hingga keluarnya Supersemar (surat perintah sebelas maret) oleh Presiden Ir. Soekarno yang menandai awal dimualainya Orde Baru. setelah berakhirnya orde lama mahasiswa semakin optimis untuk memupuk arah masa depan negara, tetapi perjalanan untuk meraihnya mencapai puncak kesulitan pada saat rezim orde baru secara gamblang memusuhi suara-suara yang mengkritiknya bahkan memberikan cap subverif. akhirnya pada serangkaian tahun 90an muncul berbagai gerakan yang menuntut untuk ditumbangkannya rezim orde baru yang mencapai titik puncak pada tahun 1998, meskipun perjalanan untuk melakukan tuntutan Reformasi memakan korban jiwa yang begitu banyak.

Mahasiswa dan Peran Sosial
mahasiswa merupakan gelar intelektual yang melekat pada seorang yang tengah menempuh pendidikan dalam lingkup formal kampus, yang pikiran dan tindakannya mencerminkan norma-norma kehidupan yang adil dan beradab. seorang  mahasiswa menggunakan pikirannya untuk terbebas dari cengkraman feodalis sebab kehidupan kampus menjunjung tinggi sebuah gagasan tanpa memperhatikan kekayaan materil. seiring perjalanan kehidupan kampus, mahasiswa terus dituntut untuk memiliki kompetensi dalam sebuah bidang, baik yang memiliki kompetensi di bidang akademik maupun non akademik. tapi tuntutan fundamental dari seorang yang bergelar mahasiswa ialah belajar, hakikat belajar bukan hanya dalam ruang kelas tapi mengoptimalkan peran dan ikut serta pembelajaran di luar ruang kelas. belajar diluar ruang kelas salah satunya yaitu dengan ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan kemahasiswaan, seperti berperan aktif pada organisasi mahasiswa. organisasi mahasiswa, (sudah ada di postingan sebelumnya) merupakan lahan mengaktualisasi dan mengorganisir minat dan bakat mahasiswa. dalam organisasi kita akan menemukan kompleksitas dari sebuah masalah pada tataran kehidupan mahasiswa, kehidupan bermasyarakat bahkan kehidupan bernegara. organisasi akan terus menghadapkan kita terhdap suatu masalah, dengan begitu kita akan terus berupaya mecari problem solving yang tepat.

pemecahan terhadap suatu masalah memiliki beragam rangkaian kerangka berpikir yang mewajibkan kita untuk berpikir kritis, nah pada proses berpikir kritis inilah yang akan melatih kita untuk mengoptimalkan kewarasan pikiran dan merawat akal sehat. mahasiswa yang terlatih berpikir kritis akan mengejewantahkan pemikiran tersebut terhadap tindakannya sebagai mahasiswa dan berperilaku sopan ketika berada ditengah lingkungan masyarakat. kontribusi mahasiswa pada lingkungan akan sangat dinantikan oleh masyarakat, mereka yang bergelar mahasiswa sudah memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dimata masyarakat, olehnya berproses di kampus untuk meramu ide atau menyusun konsep yang dapat membuat kebermanfaatan dilingkungan adalah hal wajib bagi mahasiswa. maka pada tingkatan tersebut mahasiswa akan dihadapkan oleh problem untuk bisa menyelesaikannya demi terselenggaranya acara pengabdian tersebut, dalam problem itulah kita mendapat suatu kenikmatan, yakni kenimkatan berpikir, sebab identitas mahasiswa ialah orang yang memiiki intelektualitas yang tinggi.

kampus merupakan lembaga independen yang menaungi mahasiswa untuk berinteraksi dan belajar baik dalam proses akademik maupun non-akademik. terbebas dari segala kepentingan kelompok maupun partai politik ialah marwah yang harus dijaga seorang mahasiswa. kampus harus menjadi tempat untuk berdiskusi menyelesaikan berbagai diskursus yang muncul seperti akademik, kesenjangan sosail bahkan masa depan negara. dan kampus akan melahirkan intelektual muda yang akan memperbaiki kondisi ekonomi dan politik bangsa, maka mahasiswa yang tengah berproses dikampus sejatinya akan menjadi pahlawan masa depan bangsa Indonesia.

diakhir tulisan ini penulis berharap mahasiswa bukan hanya mengejar peran akademik, terlebih dari itu mahasiswa harus tampil sebagai garda terdepan penyambung lidah masyarakat dan penentu arah masa depan bangsa.


Selasa, 26 Juni 2018

Presiden ku kemana (?)

Assalamualaikum dan Selamat Malam pembaca yang haus akan informasi.
Perkenalkan saya adalah pendiri dari blog ini, mungkin teman-teman bisa menebak nama saya tapi tidak dengan hubungan saya dengan beberapa gadis :p. saya Mahasiswa tingakat pertama di salah satu Universitas Swasta Ternama di Bandung dan tepat hari ini saya tidak memiliki jadwal kuliah & tanggal 24 Oktober 2015 adalah moment spesial bagi orang yang telah menempati kedudukan di hati saya sebab doi telah genap berusia 18 tahun, Sebelum berpindah ke inti dari tulisan ini, saya mengajak teman-teman untuk mengucapkan Happy Birthday yang mungkin akan di ucapkan secara lisan maupun dalam hati. Makasih sebelumnya :)
Kabut asap yang telah menyelimuti langit riau saat ini bukanlah sebuah bencana baru akan tetapi sudah terjadi sejak 18 tahun, dan layaknya manusia yang menginjakkan kaki di usia 18 tahun dimana pergaulan dan permsalahan yang begitu banyak membuat mereka sampai jatuh bangun dalam menanggapi serta menyelesaiakan berbagai persoalan yang menimpanya. begitulah dengan kabut asap yang terjadi di Riau, semakin tahun bertambah semakin besar pula masalah kebakaran hutan di kota tersebut. Permasalahan Asap yang semakin pekat ditambah dengan pemerintah daerah yang sudah tidak mampu lagi bekerja dengan maksimal menangani bencana tersebut membuat warga yang bermukim di daerah atau sekitaran daerah tersebut semakin menderita dikarenakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA), Asma serta Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang tak tanggung tanggung memakan korban begitu banyak. Pemerintah daerah atau dalam hal ini ialah Gubernur,Walikota maupun Bupati beserta jajarannya telah melobi ke Pemerintah Pusat agar bencana ini segara berakhir dan nantinya warga disana dapat menghirup udara segar tetapi Presiden yang selaku pemegang kekuasaan Eksekutif tertinggi di Negeri Merdeka ini seakan tutup mata atas bencana tersebut. Bapak Presiden telah mengunjungi tempat kejadian perkara dengan kawalan petugas medis yang telah siap siaga jika bapak terkena salah satu dari 3 ancaman penyakit akibat kabut asap, tapiii bapak presiden...... apalah arti dari kunjungan bapak jika semua solusi yang anda tawarkan hanya berupa wacana yang tidak bisa di implementasikan agar bencana tersebut dapat berakhir(?), sampai kapan kami melihat media media massa yang gencar memberitakan jumlah korban yang berjatuhan akibat ulah oknum yang tidak bertanggung jawab(?), dan pak Presiden kapan lagi kami rakyat Indonesia dapat melihat keceriaan senyuman anak-anak riau yang sebagian harinya dapat di habiskan bermain dengan teman-teman mereka(?) Pak Presiden, kami rindu Melihat bangsa ini yang sejahtera, bukan dengan keadaan sekarang yang sebagian waktunya terbuang dikarenakan sakit yang mereka peroleh, bukan dengan keadaan sekarang dimana tiap rumah mengunci rapat pintu akbiat ketakutan terhadap kepulan asap yang mengancam, Ooh pak presiden... Udara segar adalah Nikmat yang Tuhan berikan secara gratis tapi mengapa hingga saat ini engkau masih tetap berpangku tangan dalam menyelesaikan bencana asap tersebut(?) kemana kah engkau wahai Penguasa Tertinggi Pengambil Kebijakan di Negeri ini(?)

                 
     Teman-teman yang sedang membaca artikel ini saya harap anda dapat menerima ketika saya mengkritisi kinerja pemerintahan saat ini, saya sedang menjalankan hak saya sebagai warga negara yang mempunyai kebebasan mengeluarkan pendapat secara lisan maupun tulisan dan itu telah diakui Dunia serta dilindungi oleh Undang-undang. saya tidak sekedar mengkritik pemerintah lewat tulisan ini tetapi saya juga telah turun beraspirasi kejalan menyerukan apa yang seharusnya pemerintah perbaiki, pemerintah evaluasi, pemerintah kerjakan bukan dengan menetapkan keadaan siaga 1 terhadap kota yang menjadi tempat berlangsungnya Piala Presiden, bukan dengan menurunkan Puluhan Ribu personel yang hanya menjaga pertandingan 11 vs 11 orang dalam sebuah stadion yang semestinya tempat berlangsungnya dapat di pindahkan ke stadion lain yang kualitasnya hampir sebanding jika hanya melihat 11 vs 11 orang, tapi apalah daya semua telah terjadi tapi kabut asap tetap tak berakhir. Sekian dari saya dan ini bukan akhir dari hak saya menyerukan keadilan, bukan akhir dari hak saya menyeruakan pembaharuan dan juga bukan akhir dari hak saya menuntut agar pemerintah lebih peduli kepada yang berhak di perhatikan lebih. akhir kata saya tutup artikel ini dengan mengutip syair Wiji Thukul
"Apabila Usul ditolak tanpa ditimbang
 Suara  dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
 Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
 Maka hanya ada satu kata: LAWAN!."

Minggu, 17 Juni 2018

Dilema Organisasi mahasiswa : Inkoherensi Profesionalisme dan Kekeluargaan

pict from google.com
     "Organisasi mahasiswa merupakan wadah mengaktualisasi dan mengorganisir minat dan bakat, serta wadah untuk pendewasaan terhadap tindakan dan pola pikir, karena dalam organisasi akan kita jumpai mindset dan karateristik yang beragam dari masing-masing anggota." dengan kata lain, organisasi merupakan tempat untuk seorang belajar. lalu bagaimana dengan organisasi  mahasiswa  yang menerapkan asas profesionalitas dan kekeluargaan?

     sedikit informasi, penulis merupakan mahasiswa aktif semester 7 Telkom University, dan telah sedikit banyak mendapat pengalaman baik di organisasi intra kampus maupun organisasi ekstra kampus, dan tulisan ini secara subjektifitas menggambarkan pengalaman organisasi penulis.

       jika kita mengacu pada pengertian organisasi yang telah diterangkan pada paragfar awal tulisan ini, kita akan menjumpai bahwa pada dasarnya organisasi ialah tempat belajar, terlebih organisasi pada tingkatan mahasiswa, organisasi mahasiswa (ekstra kampus dan intra kampus) sering melekatkan pada konstitusi (ad/art) istilah kekeluargaan dan profesionalisme. sebuah mantra yang digunakan untuk mengikat mereka yang ada dalam suatu organisasi. kita mengetahui bersama bahwasannya organisasi mempunyai suatu struktur dan memilki tatanan yang telah diatur dalam konstitusinya. ketua organisasi merupakan penganggung jawab tertinggi dari setiap gerak-gerik organisasi tersebut, meskipun dalam organisasi mahasiswa semua anggota mempunyai hak dan kewajiban yang sama karena organisasi mahasiswa didasarkan pada rasa kebersaaman dan persaudaraan antar anggotanya yang penerapannya akan memandang anggota pada organisasi tersebut layaknya sebagai keluarga kakak-adik yang saling menyayangi dan mengasihi. dan murni setiap pergerakan organisasi mahasiswa karena wujud dari kesadaran anggota dalam menjalankan tanggung jawabnya, kita akan menjumpai organisasi mahasiswa yang tidak mendatangkan profit dalam bentuk materi dan memang organisasi mahasiswa tidak memiliki pendanaan untuk memberikan gaji kepada anggotanya. setiap organisasi yang berusaha menggandeng rasa kekeluargaan dan profesionalisme akan menghadapi tantangan yang cukup berat.

     kita mengetahui bersama, kesadaran yang timbul karena asas kekeluargaan yang kental dalam sebuah organisasi akan melahirkan anggota yang mampu profesional dalam menjalankan job desc-nya karena kenyamanan dalam organisasi mahasiswa merupakan harta yang akan menumbuhkan rasa kepemilikan dan empati satu sama lain. seluruh anggota organisasi mempunyai peran yang sama dalam melakukan job desc nya, apapun posisi/jabatan yang diperoleh di organisasi akan sangat menentukan keberlangsungan organisasi tersebut, saling melengkapi dan saling mendukung antar anggota organisasi. penyalahgunaan asas kekeluargaan terkadang menjadi sorotan bagi setiap anggota organisasi terkhusus ketua organisasi, pasalnya mereka yang tak melakukan job desc-nya karena dalih kekeluargaan akan sangat merugikan anggota dan organisasi tersebut. sebaliknya, profesionalisme merupakan komitmen dari setiap anggota, karena mereka yang mendaftar sebagai anggota organisasi bukan karena paksaan dari pihak tertentu akan merefleksikan diri jika terjadi suatu kemunduran kinerja yang dia rasakan baik dalam dirinya maupun organisasi itu. dalam organisasi mahasiswa jika terdapat sebuah kesalahan kinerja/tindakan akan sangat naif jika hanya menyalahkan dan menyudutkan satu pihak, karena tiap anggota tidak memiliki hak untuk menyerang atau menjatuhkan anggota lain karena tujuan masuk organisasi pada tingkatan mahasiswa ialah ingin belajar. organisasi mahasiswa tidak akan bisa mengikat, karena bentuk penghargaan dari setiap kinerja anggota tidak berupa gaji atau uang tunjangan. hal berbeda jika melihat pada organisasi profesional yang memang mengikat anggota dengan gaji dalam arti setiap anggota wajib memberikan loyalitasnya dalam bentuk kinerja yang terbaik.

     kesalahan berpikir (inkoherensi) sering terjadi bagi organisasi mahasiswa yang mengharapkan kinerja optimal dari setiap anggotanya tetapi tidak menanamkan rasa kepemilikan, kebersamaan dalam bingkai kekeluargaan dan berharap semua terlaksana karena profesionalisme dari anggota. untuk itu penulis menyarankan pada tingkatan organisasi mahasiswa harus mengedepankan asas kekeluargaan dan untuk mendapat rasa kebersamaan tersebut haruslah saling menyayangi, mengasihi dan mendukung serta saling melengkapi antar anggota. dan jika terjadi kesalahan tidak menghakimi sepihak tetapi melakukan evaluasi bersama untuk kebaikan organisasi. profesionalisme hanya akan terlaksana jika dalam organisasi mahasiswa telah dengan baik menerapkan asas kekeluargaan.

Selasa, 05 Juni 2018

Pancasila(ISME) : Merawat keberagaman

pict from google.com
Pancasila
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

      Masih ingatkah teman-teman pembaca masa upacara bendera saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) kita sering dituntun untuk mengikuti pembacaan teks pancasila yang dibacakan oleh pembina upacara ? Jika masih ingat moment tersebut, mungkin anda akan tersenyum dengan segala kenangan indah yang terjadi waktu itu, tapi bukan hanya saat pembacaan teks pancasila tersebut, terkadang rentetan untuk mengikuti upacara tiap senin merupakan hal yang mewajibkan kita menjunjung tinggi asas kedisiplinan, berawal dari tiba ke sekolah harus hadir sebelum upacara dimulai, topi, dasi dan ikat pinggang harus lengkap dan terkadang kos kaki dan sepatu pun jadi perhatian yang harus sesuai dengan peraturan sekolah. meskipun agak berat haruslah menjadi kewajiban kita untuk mentaati peraturan tersebut. ketika upacara sedang berlangsung terlihatlah berbagai raut wajah teman-teman kita mulai dari masih adanya  wajah ngantuk, ada yang saling bercanda hingga wajah yang begitu serius memperhatikan keberlangsungan upcara. oke mari kita move-on dari euforia kenangan masa lalu.



Sejarah Pancasila
      Pancasila yang awal mulanya lahir dari buah pikiran sang proklamator bangsa IR. Soekarno ketika menyampaikan gagasannya pada sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 1 Juni 1945 yang bertempat di Gedung Pancasila (nama gedung saat ini) mengemukakan 1. Kebangsaan Indonesia; 2. Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan; 3. Mufakat atau Demokrasi; 4. Kesehjateraan Sosial; 5. Ketuhanan yang Maha Esa setelah mengemukakan gagasam tersebut tepat pada tanggal yang sama berakhirlah periode sidang yang pertama dan dibentuklah panitia 9 yang terdiri dari 9 anggota dan langsung diketuai oleh IR. Soekarno untuk mengolah usul dari konsep yang telah dipaparkan saat masa sidang untuk menjadi dasar negara. hingga akhirnya lahir-lah sebuah gagasan yang bernama PANCASILA yang kemudian menjadi dasar negara hingga sekarang.

Eksistensi perjalanan Pancasila dari masa ke masa
      Setelah indonesia merdeka dan menetapkan pancasila sebagai falsafah hidup bernegara, perjalanan untuk mempertahankan pancasila sangatlah berat, munculnya pro-kontra mengenai ideologi negara Indonesia tersebut melahirkan berbagai perlawanan, seperti munculnya pemberontakan yang menginginkan indonesia sebagai negara yang berpedoman pada hukum-hukum Islam dan munculnya gerakan PKI yang ingin mengubah ideologi tentulah tantangan yang begitu berat, eksistensi pancasila yang masih menjadi perdebatan menurut penulis merupakan hal yang lumrah, pancasila yang bersifat terbuka sangtlah rentan dari berbagai serangan perspektif, meskipun pengejawantahan dari nilai pancasila tersebut sudah tercermin dari kehidupan sehari-hari, kebebasan berpikir dan mengemukakan sebuah ide/gagasan baik rasional maupun irrasional sangatlah terjamin di era demokrasi ini. Pancasila yang menjadi ideologi final haruslah tercermin dari sikap gotong royong, musyawarah, kekeluargaan dan kebersamaan yang dibungkus dengan Bhineka Tunggal Ika.
bangsa indonesia yang  ragam akan Agama, Suku, Budaya, Perilaku, hingga warna kulit disatukan dan dilindungi keragamannya oleh pancasila haruslah menjadi tameng untuk membendung upaya-upaya yang ingin mengganggu eksistensi dari pancasila.

      Terlebih kondisi kekinian dimana era teknologi yang memudahkan komunikasi hingga mengakibatkan budaya luar dapat mengikis budaya asli indonesia. olehnya penyadaran terhadap warga negara bukanlah tugas negara tapi menjadi beban kita untuk merawat budaya asli indonesia hingga anak-cucu kita mengetahui dan tetap melestarikan keberagaman Indonesia. Olehnya pancasila hadir untuk menyelesaikan konflik-konflik dasar negara ini.

Minggu, 27 Mei 2018

Refleksi 20 Tahun Reformasi : Bergerak atau Diam

Pict from google.com
Landasan bergerak adalah nurani yang menyala
Landasan berjuang adalah tekad yang membaja
Landasan berkorban adalah hati yang tulus.
Hidup mahasiswa
Hidup rakyat indonesia -Hasbi Halik

Tepat 20 tahun silam, 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengumumkan penguduran dirinya sebagai Presiden Indonesia setelah berkuasa selama 32 tahun lamanya, dalam pidatonya, Soeharo mengakui keputusan pengunduran diri yang diambil tersebut setelah melihat ''perkembangn situasi nasional'' saat itu.

Setelah 20 Tahun perayaan Reformasi muncul pertanyaan,

Apa agenda setelah reformasi ?
Bagaimana gerakan mahasiswa saat ini ?

Sejarah secara eksplisit menceritakan tragedi 20 tahun silam, mahasiswa dengan identitasnya sebagai kaum intelektual, agen of change dan agen of control telah menjadi garda terdepan penyambung lidah dari keresahan masyarakat yang terjadi saat itu, munculnya gerakan-gerakan perlawanan terhadap orde baru yang kerap melakukan tindakan-tindakan menyimpang dari asas demokrasi bermula dari keberanian mahasiswa bersuara dan terlepas dari bayang-bayang ketakutan, yang kita ketahui saat itu kemerdekaan berfikir dan menyuarakan realitas yang terjadi di bungkam dengan berbagai cara. meskipun banyak korban berjatuhan, agenda utama reformasi yang menuntut penurunan Soeharto telah terlaksana. lantas apa agenda setelah reformasi? jika kita melihat eskalasi pergerakan mahasiswa untuk turun menyuarakan keresahan jumlahnya kian merosot, tapi bukan berarti hari ini mahasiswa tidak mengalami keresahan melainkan tidak adannya suatu isu nasional yang mencakup keresahan bersama mengenai tata kelola negara ini. tata kelola negara yang sudah desentrilisasi dan birokrasi yang terus berorientasi kepada perbaikan dan mengutamakan pelayanan yang simple menurut penulis sudah cukup baik. terlepas dari kekurangan yang ada, mindset untuk turun kejalan menjadikan opsi terkahir jika pemerintah tidak hadir dalam menanggapi kritik melalui media sosial.

Eskalasi pergerakan yang sangat masif pada era modern saat ini ialah penggunaan media sosial sebagai bentuk ekspresi rakyat indonesia terhadap kejadian yang tengah menerpa bangsa ini, seperti kasus penodaan agama, stabilitas politik, ekonomi dsb. dampak dari kemudahan interaksi tersebut mengakibatkan berkurangnya minat mahasiswa untuk terjun kejalan menyuarakan keresahannya terhadap sistem yang tengah berjalan. olehnya media sosial hadir sebagai wadah penampung aspirasi yang sangat memungkinkan dilihat oleh seluruh dunia.

Dan Bergerak atau Diam merupakan pilihan teman-teman untuk kembali menentukan arah masa depan bangsa. lantas untuk menjawab pertanyaan apa agenda selanjutnya setelah reformasi atau bagaimana dengan gerakan mahasiswa saat ini bukanlah perkara yang cukup mudah, dibutuhkan kajian-kajian yang berkesinambungan dan keuletan menjadikan data sebagai rujukan utama untuk bergerak.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management